Di Rumah Singgah Gelap Gulita, Anak Pedalaman Rintis Mimpi Jadi Guru

Di Rumah Singgah Gelap Gulita, Anak Pedalaman Rintis Mimpi Jadi GuruFoto: Akfa Nasrulhak
Jakarta -
Langit mulai gelap, namun di beberapa gubuk dekat SDN 26 Sungai Kura, Desa Benua Kencana, Kecamatan Tempunak Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat masih terpancar pelita yang bersumber dari lilin dan solar yang dibakar.
Cahaya remang itulah yang setia menemani Bella Saphira (15), salah satu siswa SMP Negeri 8 Tempunak yang satu komplek dengan SDN 26 Sungai Kura. Setiap malam dalam kondisi cahaya terbatas ini, Bella belajar hingga larut malam di rumah singgah.
Di gubuk yang lain, tak lebih baik, teman-teman Bella belajar dengan senter yang menempel di kepala. Tinggal 1 semester lagi ia bersekolah, Bella justru tak punya bayangan akan seperti apa masa depannya meski cita-cita sebagai guru dia gantungkan di sana.
Seperti anak-anak lain, Bella juga punya keinginan besar melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

"Nggak tahu, harapannya ingin melanjutkan. Tapi nggak tahu lah lihat nanti aja," ujar Bella saat di temui detikcom di rumah singgahnya, Jumat (30/8/2019).
Dalam kesehariannya, Bella tinggal berdua bersama adiknya yang masih duduk di kelas 3 SDN Sungai Kura di sebuah rumah singgah. Kedua orang tuanya mereka tinggal di desa terpisah yaitu di Desa Riam Batu, Kecamatan Tempunak.
Setiap akhir pekan, Bella dan adiknya selalu pulang ke desanya. Rumah singgah tersebut sangat berarti bagi Bella dan adiknya. Sebab tanpa adanya rumah sederhana tersebut, Bella harus berjalan di medan yang terjal selama 3 jam. Belum lagi jika hujan turun, tentu jalanan semakin licin dan membahayakannya.
"Ada adik kelas 3 SD, kami berdua saja di sini. Ibu sama bapak di hulu. Pulang setiap hari Sabtu, balik lagi Minggu. Kalau pulangnya biasa jalan kaki 3 jam ke Desa Riam Batu. Biasanya pulang nggak bawa apa-apa, pas ke sini lagi diantar sama bapak pakai motor," ujarnya.
Keluarganya hidup sangat pas-pasan. Kedua orang tuanya bekerja sebagai penyadap karet. Setiap hari, Bella selalu memasak sendiri, dengan lauk pauk seadanya.

"Sehari-hari orang tua berladang, noreh karet," ujarnya.
Tidak seperti anak-anak pada umumnya, di rumah singgah ini Bella mengerjakan semuanya sendiri tanpa bantuan orang tua. Selepas bangun tidur saja Bella harus lekas memasak nasi dan sepotong tempe untuk sarapan bersama adiknya. Barulah setelah selesai urusan dapur dan mandi di sungai, sekitar Bella pergi ke sekolah.
Meskipun hidup serba terbatas, Bella memiliki prestasi yang membanggakan. Sejak bersekolah di SDN Sungai Kura hingga saat ini duduk di kelas 3 SMPN 8 Tempunak, Bella selalu menjadi juara kelas.
"Pulang sekolah ngajar les di perpustakaan rumah singgah ini. Jadi salah satu rumah ini didedikasikan buat perpustakaan. Harapannya sih rumah-rumah ini dikasih fasilitas untuk penerangan dan air bersih," ujarnya.
Di Rumah Singgah Gelap Gulita, Anak Pedalaman Rintis Mimpi Jadi GuruFoto: Akfa Nasrulhak

Bella adalah salah satu dari siswa-siswa yang tinggal di rumah singgah dekat sekolah SDN Sungai Kura dan SMPN 8 Tempunak. Selain sebagai tempat untuk 'numpang nginap', rumah sederhana ini dimanfaatkan sebagai perpustakaan dan sanggar kreativitas anak-anak.
Tahun ini, dengan menggunakan dana desa yang dialokasikan dari pemerintah, Desa Benua Kencana siap membangun wc umum untuk laki-laki dan perempuan sebagai akses air bersih bagi mereka. Sementara Pemerintah Desa Riam Batu akan membantu penerangan dengan menyediakan PLTS bagi rumah-rumah tersebut.
Sebagai informasi, Desa Benua Kencana telah pada 2019 memperoleh jatah dana desa Rp 842.923.000 dan pada tahun 2018 sebesar Rp 732.388.000 ribu. Hingga saat ini, dana desa telah dianggarkan untuk pembangunan kantor desa, polindes, hingga memberikan insentif kepada guru-guru di Desa Benua Kencana dalam program Kiat Guru. Selebihnya masih fokus untuk perbaikan dan pembangunan infrastruktur dan sarana olahraga desa. Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT,

Share:

Arsip Blog

Recent Posts